You. Me. Marry.

Siap-siap, cewek traveling sendiri atau sama cewek lain ada kemungkinan dilamar alias diajak menikah. Kalau belum pernah punya pengalaman seperti ini, mungkin karena jalannya berombongan atau bersama lawan jenis. Saya sih cuma menganggap joke saja. Lah, kenal aja nggak. Lagipula, penggunaan kata ‘marry’ seringnya salah kaprah, apalagi bagi yang kesulitan bahasa Inggris.

Jangan ketawa, entah kenapa yang berselera sama saya adalah cowok berkulit hitam turunan Afrika sono. Di mall kalau ketemu cowok item, pasti kepalanya berputar melihat saya.Teman-teman saya sampe udah males ngajak saya dugem ke tempat yang banyak orang itemnya, soalnya bisa jadi rusuh. Saya baru tau alasannya ketika ada cowok item yang melihat saya dengan mata membelalak dan mulut menganga. Benar saja, dia langsung mendatangi saya dan bilang, “Oh, you are the woman I’ve been dreaming of. You really look like Queen Latifah, my most favorite artist!”. Haruskah saya bangga? Tentu tidak, tapi saya jadi tahu alasannya (yaitu karena curvacious – pembagusan kata dari kata ‘gendut’).

Rupanya tidak hanya berlaku di Indonesia, di luar nagri juga begitu. Lagi nongkrong sendirian di depan Piazza di Spagna, Roma, tau-tau ada cowok item berjalan mendekati saya sambil ngomong sesuatu. Sepertinya dia imigran yang belum lama di Italia karena bahasa Inggrisnya ga jelas, tapi tidak beraksen Italia. Lalu, dia berlutut di depan saya sambil memberikan bunga dan berkata, “Please come to my house. You are so beautiful, I want to marry you.” Yey, itu mah ngajak tidur bukan ngajak nikah! Saya diem aja pasang tampang lempeng-dot-com sampai cowok itu kabur. Di Amerika lebih parah lagi, pada akhir pesta perpisahan kami sebelum pulang ke Indonesia, saya pernah diculik cowok item yang sedang mabok! Saya beneran digotong di pundaknya dan dimasukin ke dalam mobil. Saya pikir bercanda karena dia adalah salah satu kolega kami, sampai saya melihat dia mengeluarkan pistol dari laci mobilnya. Wah, serius nih! Mulailah dia berkata, “Please stay here with me, I’ll divorce my wife and we can get married.” Hii, gila apa? Untungnya teman-teman saya cepat menyusul dan memepet mobilnya, lalu salah satu cowok yang paling gede meninju mukanya. Sinetron abis.

Saya pikir ‘penderitaan’ dilamar cowok item akan berakhir, sampai ketika saya ke Kamboja dan Vietnam... saya dilamar para tukang ojek! Tukang ojek pertama bernama Pal, cowok berumur 25, bahasa Inggris-nya lumayan, tapi gayanya leboy banget - sebentar-sebentar ngaca di spion dan nyisir sambil tebar pesona. Dia saya sewa 3 hari keliling Angkor Wat dan Siem Reap. Pada hari terakhir dia mengajak menikah dan minta dibawa ke Indonesia. Yailah! Tukang ojek kedua adalah lelaki berumur 30-an, mukanya kayak Cok Simbara, namanya nggak tau gimana nulisnya tapi kedengarannya sih ‘Long’. Sebenarnya dia tukang ojeknya si Yasmin, tapi tiap motor kami berjalan bersamaan keliling Hanoi, matanya bukan ngeliat jalan tapi ngeliat ke saya mulu. Wah, kejadian lagi nih. Bener aja, begitu kami melewati pinggir danau dimana ada sepasang anak muda lagi peluk-pelukan, dia bilang, “OK? OK?” sambil menyeringai. Apaan seh? Akhirnya ketika motor berhenti, dengan bahasa Inggris terbata-bata, dia ngomongnya gini, “You (sambil menunjuk saya)... me (menunjuk dirinya)... marry (kedua jari telunjuknya didekatkan)...OK?”. Halaaah! Saya jawab saja, “You (menunjuk dia)... shut up (menyilangkan jari telunjuk di bibir saya) ... or...I (menunjuk saya)... will not pay (sambil menggelengkan kepala dan menunjukkan uang kertas đồng).” Barulah dia diem.

Rupanya bukan cuma saya, teman-teman saya juga sering dilamar, terutama sama cowok Arab. Maaf, saya tidak bermaksud mendeskreditkan pihak tertentu, tapi ini true story yang perlu diketahui untuk jaga-jaga. Si Nina yang sudah 3 kali umroh sudah dilamar sebanyak 7 kali di sana. Karena dia sering melipir dari rombongan dan jalan-jalan sendiri rupanya jadi sasaran empuk bagi cowok. Lagi nongkrong sendiri bisa-bisanya ada cowok yang datengin dan berkata, “Will you marry me?”. Lagi bersama ibunya di toko, si bapak penjual toko bilang ke ibunya untuk menikahkan Nina dengan anak lakinya. Si Yasmin juga begitu, dia lagi jalan sendirian di pasar Khan el-Khalili di Cairo, ada cowok datengin ngajak nikah, malah ditawarin onta sebagai mas kawinnya. Anehnya, saya dengar cerita dari teman, ada seorang cewek Indonesia, wanita karir dan berpendidikan, lajang, berumur 40 tahun, yang mau. Dia juga lagi nongkrong sendirian dan tiba-tiba didatangi seorang cowok yang bilang “Will you marry me?”. Dia mengiyakan saja karena dia pikir bila ada yang melamar di sana maka itu adalah ‘jalan’ dari atas. Konon di sana dia dibawa ke keluarganya dan dinikahkan. Trus, begitu umroh selesai si cewek ini pulang ke Indonesia dengan janji si cowok akan menyusul. Eh, sudah lebih dari setengah tahun si cowok ini menghilang begitu saja, nggak datang-datang, sampe si cewek ini depresi. Waduh!

About karangan ku

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.