Penghitam kulit atau pasta gigi tiruan

Kalau traveling ke luar negeri, saya selalu bawa toiletries (sabun, sampo, pasta gigi, lotion, dll) lengkap dari Indonesia. Tidak apa-apa berat sedikit, daripada harus membeli di luar. Alasan utamanya karena harga di luar bisa jauh lebih mahal, contohnya untuk body lotion dengan merk dan ukuran yang sama, harga di Eropa bisa empat kalinya. Selain itu, tidak semua merk namanya sama di tiap negara. Contohnya waktu saya di Turki, saya melihat iklan dengan bintang Madonna, Shakira dan Marilyn Monroe. Itu iklannya sampo “Sunsilk”, dan saya baru tahu kalau di sana namanya jadi “Elidor”. Sama seperti pasta gigi “Pepsodent”, di Perancis bernama “Signal” dan di Vietnam bernama “P/S”. Tapi di Filipina dan Australia nggak ada “Pepsodent tuh”. Belum lagi masalah bahasa yang bikin bingung itu produk apa dan untuk kondisi yang bagaimana.

Di negara barat produk toiletries-nya memang paling lengkap dan beragam, dengan ukuran kemasan yang besar – botol body lotion saja sampe ada yang ukuran 950 ml (bayangin badannya segede apa!). Kalau di Asia, Thailand yang paling lengkap (meski dengan huruf keriting di kemasannya), mungkin karena merupakan regional office dari brand internasional di Asia. Iklan saja banyak yang diproduksi dari Thailand dan diadaptasi ke berbagai macam bahasa di negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Kalau di Malaysia koleksi body lotion-nya sedikit, ada juga yang merk standar seperti “Nivea” (apakah orang Malaysia nggak suka pake body lotion ya?). Kalau di Vietnam dan Filipina, susah cari sabun mandi cair, yang tersedia hanyalah merk “Dove” yang mahal. Saya perhatikan room mate saya di Filipina kalau lagi traveling, si sabun batangan itu dibawa ke mana-mana di dalam kotak plastik. Ih, bikin blenyek. Fakta lain tentang toiletries di Filipina: produknya pasti ada ukuran mini. Semuanya ada ukuran sachet, mulai dari sampo, krim rambut, sabun muka cair, body lotion, sampai pelembab wajah dan pasta gigi! Cuma di Filipina lah saya bisa beli deodoran “Rexona” berukuran sekutil (8 gram) dan toner “Pond’s” segede jempol. Itu artinya daya beli orang Filipina yang rendah, tapi bagi saya, produk mininya sangat cocok untuk dibawa traveling beberapa hari karena ringkas. Ironisnya, produk kelas atas buatan Amerika (yang tidak ada di Indonesia) banyak tersedia di supermarket biasa, contohnya merk “Neutrogena” dan “Aveeno” - mungkin karena orang Filipina sangat ke-Amerika-an.

Kesamaan dari produk toiletries terutama skin care di Asia, banyak yang mengandung pemutih. Entah mengapa orang Asia memang tergila-gila kulitnya menjadi putih. Bahkan produk khusus cowok pun sekarang ada yang untuk memutihkan kulit. Kebalikannya, orang bule tergila-gila kulitnya menjadi hitam atau tanned. Makanya hati-hati membeli sunblock lotion di negara barat, karena kebanyakan malah mengandung bahan ‘penghitam’ kulit. O ya, kalau di Indonesia sunblock produk lokal paling besar mengandung SPF (Sun Protection Factor) 30, di luar bisa sampai SPF 100 saking takutnya kena kanker kulit karena matahari jarang ada. Ada cerita lucu, seorang teman cewek saya yang ras kulit hitam pernah meminta saya untuk mengantarnya ke mall di Jakarta mencari alas bedaknya yang telah habis. Nyari di konter kosmetik di mana-mana nggak nemu, meski sudah mencari merk kosmetik internasional, rupanya...di Indonesia tidak tersedia alas bedak untuk ras itu. Oalah! Nah, kalau produk sampo di negara barat yang nggak ada di Asia adalah sampo untuk rambut pirang asli (bukan buceri = bule cet sendiri), kebalikannya di Asia yang samponya bisa membuat rambut menjadi silky black. Ah, ada-ada saja strategi marketing!

Nah, kalau di Cina produknya beragam dan... banyak tiruannya (Cina banget!). Saya sampe ngakak sendiri melihat produk pasta gigi di rak salah satu supermarket di Shenzhen. Contohnya merk pasta gigi nomor 1 di Cina, yaitu “Darlie” (dulunya bernama “Darkie”, tapi karena dianggap rasis jadi ganti nama), ada sekitar 10 yang mirip, entah namanya entah logo atau warna kemasannya. Belum lagi dengan tulisan karakter Cina yang bikin tambah bingung. Merk “Darlie” yang dalam bahasa Cinanya berarti black man toothpaste, berlogo lelaki kulit hitam yang memakai jas, dasi kupu-kupu dan topi berwarna hitam. Tiruannya bisa berupa gambar yang sama, tapi dasi kupu-kupunya berwarna putih dan di depannya ada jempol, jadilah merk “Mr. Thumbs-Up”. Ada merk lain yang bernama hampir sama, tapi si lelaki berambut keriting. Contoh lain, merk pasta gigi “Crest”, tiruannya bermerk “Crescent” dan “Escent” dengan tipe huruf dan warna sama. Yang lucu, ada merk “Cleast”, yaitu campuran antara merk “Crest” di tipe huruf dan warna kemasannya dengan “Mr.Thumbs-Up” di logonya! Bukan hanya pasta gigi, sampo dan sabun juga mengalami hal yang sama, contohnya sampo “Clear” bisa-bisanya ada tiruannya yang bermerk “Klear”. Pokoknya segala macam kombinasi yang membuat saya bak maen tebak-tebakan ‘carilah 8 titik perbedaan’ seperti di majalah anak-anak. Kalau tidak jeli, alamat dapat produk tiruan deh.

Intinya, Indonesia is the best deh. Meski kita dianggap negara berkembang tapi pilihannya sangat beragam, bahkan segala macam merk dunia juga ada dengan harga terjangkau karena sudah diproduksi lokal. Jadi mendingan bawa dari rumah saja toh?

About karangan ku

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.