Orang India nggak bisa lihat pohon nganggur?

Maaf, bukannya saya rasis, tapi setelah bergaul dengan orang India saya menemukan banyak fakta yang lucu dan menarik tentang mereka. Hampir setahun kuliah di Filipina, saya justru lebih ter-exposure dengan budaya India dibanding Filipina karena di kampus ada ratusan mahasiswa India yang sebagian besar tinggal di asrama seperti saya, sesama foreign students. Selama ini yang kita tahu adalah India-India model Pasar Baru atau India-India di Singapura dan Malaysia yang hitam keling dengan ngomong Inggris beraksen ‘t’ menjadi ‘d’ (‘led me tdell you dis’ = ‘let me tell you this’) plus kepala yang sering geleng-geleng entah kenapa. Teman saya tersinggung kalau saya menyamakan ‘India asli India’ dengan ‘India di Asia Tenggara’, dia bilang bahwa India di Asia Tenggara itu dulunya adalah orang India selatan yang dikirim oleh orang Inggris untuk dipekerjakan sebagai budak. Ciee...nggak mau disamain ni ye!

Saya baru tahu bahwa tidak semua orang India itu berkulit hitam dan bau kari karena tergantung dari asalnya. Mereka sendiri menggolongkan diri sebagai ‘India utara’ dan ‘India selatan’. Orang utara itu putih-putih kulitnya, berbulu badan lebat, tidak begitu bau, berhidung mancung banget, dan berbicara dengan tempo lebih lambat. Karena mereka berbatasan dengan Pakistan maka bentuknya seperti orang Pakistan yang kadang mirip orang Middle East, malah anehnya ada yang kayak bule bermata biru. Kebalikannya, orang India selatan itu berkulit hitam, lebih sedikit bulunya, lebih bau, dan berbicara dengan tempo yang cepat (tipikal India inti keras: saat mereka berbicara terdengar bagaikan petasan injek!). Mereka ini berbatasan dengan Bangladesh dan Sri Lanka, dan mungkin karena lebih dekat ke garis khatulistiwa, maka kulitnya lebih gelap karena lebih banyak kena sinar matahari. Nah kalau orang India timur, mereka justru seperti orang Asia Tenggara dimana berkulit coklat, mata agak sipit, bulu jarang dan hidung yang tidak begitu mancung – mungkin karena terpengaruh dari orang Mongolia dan Cina yang berbatasan. Kesamaan fitur mereka semua adalah giginya yang putih dan rata. Tidak ada satupun saya lihat ada yang giginya ‘keriting’ atau tonggos. Sepertinya ukuran gigi dan besar rahangnya pas bener.

Akhirnya saya tahu perbedaan iya dan tidak dengan gelengan kepala mereka. Kalau ‘tidak’, sama seperti kebanyakan bahasa tubuh di dunia: kepala diputar menghadap ke kanan dan ke kiri. Kalau ‘iya’, kepala digerakkan dari kuping kiri mendekati pundak kiri terus ke pundak kanan. Sampai dosen saya sering konfirmasi balik, “Is that a yes or a no?” karena kalau diterangin di kelas, mereka bukannya mengangguk-angguk tanda setuju tapi geleng-geleng kepala. Soal geleng-geleng kepala, ternyata orang utara hanya menggeleng satu kali bila menyetujui suatu hal, tapi orang selatan gelengannya lebih ‘heboh’, bisa berkali-kali seperti ada per pada lehernya.

Ledekan kita terhadap orang India adalah ‘wah, mereka kan nggak bisa liat pohon nganggur tuh, pasti nari muter-muter’. Stereotipe orang India terjadi karena film-film India semuanya berisi tari-tarian di taman, di antara pohon atau pilar. Nah, setelah saya perhatikan, ironisnya justru sebagian besar dari mereka tidak bisa joget! Kalau ada pesta disko, lagunya ke mana jogetnya ke mana, tidak mengikuti beat. Seringkali meskipun pake lagu disko barat, mereka keukeuh berjoget ala India yang duduk di lantai dengan badan meliuk-liuk dan tangan berputar-putar. Atau model sebelah kaki yang dikaitkan di depan dengan sebelah kaki orang lain lalu berputar-putar membentuk lingkaran (jadi ingat permainan ‘keripik jengkol’ jaman SD).


Soal menyanyi, waduh parah banget, fals abis! Jarang ada orang India yang mengikuti perkembangan musik dunia masa kini. Bisa jadi karena industri musik dan film di India jauh mendominasi dibanding produk-produk luar. Saya jadi malu kalau mengajak mereka karaoke (di Filipina kalau karaoke ya di bar umum, bukan di dalam kamar-kamar privat), sampai-sampai orang Filipina (yang terkenal jago nyanyi) pengen mukulin. Lagu barat yang ‘menye-menye’ macam lagu-lagu Bryan Adams dan Celine Dion itu yang paling digemari, kalau lagu rock ya Bon Jovi. Kebayang kan lagu susah seperti My heart will go on-nya Celine itu dinyanyikan mereka di karaoke umum? Rasanya saya ingin masuk ke dalam bumi saja saat itu! Tapi namanya juga orang India yang ‘pedenya dua juta’, teteup aja maju terus pantang mundur, nyanyiiii teruss. Hahaha! Tapi kalau mereka menari atau menyanyi tradisional India sih rasanya pas-pas aja. Nah kalau kita kan biar dikata jago nari Jawa atau Bali, di lantai disko tetep oke banget jogetnya gitu.

Soal makanan, kayaknya mereka memang paling susah deh untuk makan makananan yang non India, apalagi yang bagi yang vegetarian. Semuanya harus berkari dan ada roti/capati/nun. Orang India yang mau mencoba makanan non India biasanya yang sudah mapan. Karena India adalah negara daratan (makanya jarang banget ada yang bisa berenang), bisa dibilang mereka hampir tidak pernah makan seafood. Pertama kali seumur hidup mereka makan ikan kerapu, cumi-cumi, udang, dan kepiting, saat mereka tinggal di Filipina. Mereka juga tidak ada yang bisa makan dengan menggunakan sumpit. Kesamaan mereka, semua suka minum teh panas (sering dicampur dengan susu), sehari minimal 2 cangkir – pagi dan sore. Kalau bergadang karena banyak tugas, bukannya minum kopi, mereka tetep minumnya teh. Fakta lain, jam makan orang India sangat larut, mulainya di atas jam 9 malam. Saya sering diundang makan oleh teman-teman India yang tinggal di apartemen. Artinya, saya tetap harus datang jam 7.30 malam, minum alkohol dan makan kue kering sambil ngobrol-ngobrol, menunggu tuan rumah memasak. Makan dimulai jam 10an, dan terus-menerus makanan dituang di piring saya (kalau menolak dianggap tidak menghormati) lalu diakhiri dengan dessert yang muanis banget. Setelah makan, ngobrol-ngobrol lagi dan...ada permainan. Kadang main bingo, main tebak-tebakan, bahkan... disuruh nyanyi satu per satu! Gile, kayak pesta anak TK aja! Nah, kalau tamunya banyak, kami meneruskan ngobrol-ngobrol di pinggir kolam renang apartemen sambil minum bir atau whisky. Kalau di kita camilan sambil minum alkohol kan kacang goreng, nah kalau mereka telur rebus berlusin-lusin. Oalaah!

Fakta yang hebat adalah hare gene 90% orang India itu menikah karena arranged married alias dijodohkan. Menikah merupakan hal yang besar, pestanya bisa sampai 7 hari 7 malam. Orang tua berperan utama dalam menyediakan anak-anak mereka pasangan hidup sehingga harus menjalin network yang luas agar memperbesar kemungkinan. Ketika kedua belah keluarga dipertemukan bersama anaknya masing-masing, salah satu pihak keluarga atau si anak sih boleh menolak – itupun tidak frontal, alasannya bisa ‘sesederhana’ seperti si anak masih mau sekolah, padahal karena alasan gendut dan jelek misalnya. Makanya daripada malu, para orang tua benar-benar menyeleksi calon menantunya masing-masing, bahkan diiklankan di koran bila belum juga berhasil. Memang ada yang sekali ketemu langsung jodoh, ada juga yang berkali-kali melewati acara kenalan antar keluarga.

Soal kasta beneran masih berlaku di sana. Kasta Brahmana yang tertinggi, ciri khasnya adalah setiap cowok memakai tali (semacam tali kasur) yang melingkar di badannya dan umumnya vegetarian. Ada yang vegetarian tanpa makan telur, ada vegetarian yang boleh makan telur, malah kasta Brahmana dari Kashmir pemakan segalanya. Dengan 4 tingkatan kasta, di sana setiap kasta ada sub kasta lagi. Tapi jangan sampai kita menyebut seseorang berkasta Syudra, itu sama saja dengan hinaan yang kasar. Kesamaan mereka semua, mereka tidak makan daging sapi, meski ada beberapa orang selatan yang cuek. Sapi dianggap suci karena sapi menghasilkan susu sehingga dianggap seperti ibu.


Keorisinilan mereka terlihat juga dari gelang yang terbuat dari tali atau benang di pergelangan tangan hampir semua lelaki, katanya itu merupakan pemberian orang tua atau mertua yang telah didoakan agar anaknya dilindungi. Bindi, atau titik di tengah dahi perempuan, sudah jarang digunakan. Yang jelas bindi berwarna merah artinya perempuan itu sudah menikah. Saya pikir titik itu dibuat dari semacam pensil atau odol, rupanya zaman sekarang sudah terbuat dari sticker. Soal gaya baju cewek-ceweknya, berbeda dengan video klip lagu India yang bajunya terbuka dan seronok, aslinya mah mereka pake celana pendek atau tank top aja ogah. Yang sering saya cela adalah soal selera warna mereka. Demennya itu pake warna-warna ngejreng, bahkan sebagian besar cowok punya t-shirt dan/atau sendal jepit berwarna merah menyala (padahal kumisan)! *gubrak*

India, negara yang berpenduduk 1,2 milyar ini merupakan negara dengan populasi kedua terbanyak di dunia setelah Cina. Dengan jumlah penduduk yang buanyak mereka harus bersaing keras agar ‘kelihatan’. Tidak heran mereka sangat ulet dan tekun, pendidikan yang setinggi-tingginya (minimal S2), dan juga bersuara keras. India juga merupakan negara dengan jumlah penduduk berbahasa Inggris terbanyak kedua di dunia sehingga mereka gampang bekerja di mana pun di seluruh dunia. Dibilang pelit sih nggak juga, tapi menurut saya mereka tidak ragu-ragu untuk bersuara demi mendapatkan haknya alias tukang komplen, juga jago bernegosiasi alias menawar. Misalnya ketika beli burger di McDonald’s, karena vegetarian maka mereka memesan burger tanpa daging dan minta didiskon. Halah! Ada cerita lucu ketika kami sekelas liburan ke Boracay dan naik flying fish (balon besar pipih berbentuk ikan yang ditarik speed boat dengan kecepatan tinggi). Vikas, teman saya yang tidak bisa berenang tapi nekat ikutan, panik ketakutan sampai pucat pasi. Berkali-kali dia teriak minta berhenti tapi 5 teman lain yang berada di satu balon menolak. Mau tau apa yang dia lakukakan agar speed boat berhenti? Dia berteriak ke tukang kapal, “Stooopp! I’ll pay you twice if you stop this boat!”. Bwahahaha!

Yah biar bagaimanapun mereka adalah teman-teman baik saya yang sering membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Pandangan saya terhadap orang India telah berubah. Ah, saya jadi pengen ke India...

About karangan ku

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.