Hari Kamis malam
Saya sedang kumpul-kumpul dengan teman-teman segeng, sampailah kami ke pembicaraan mengenai pekerjaan. Jade mengatakan bahwa dia akan ada business trip ke Turki pada minggu pertama Juli. Rupanya dia mengajak juga Nina. Mereka berdua adalah sahabat jalan saya, terakhir kami backpacking bareng ke Brunei dan Filipina. Saya pun diajak Jade ke Istanbul dan bisa ikutan nebeng menginap di hotelnya yang dibayarin kantor. Wah, ke Turki bersama sahabat-sahabat saya? “Buruan sediain paspor, foto 4x6 latar belakang merah dan fotokopi rekening bank, besok pagi kita barengan ke kedutaan Turki,” tantang Jade. Hah? Besok? Hmm, saya yang impulsif ini berpikir cepat dan langsung berhitung. Saya masih punya sisa dolar dari tabungan di Filipina. Saya pun sudah bosan jadi pengangguran yang nongkrong di rumah melulu. Belum tentu kalau nanti sudah kerja saya mendapat kesempatan seperti ini, malah kalau jadi ‘anak baru’, baru bisa cuti setahun kemudian. Terakhir, kalau Turki akhirnya jadi anggota Uni Eropa, bisa jadi visa akan semakin susah dan mata uang Turkish Lira berubah menjadi Euro sehingga harga akan membumbung tinggi. Jam 9 malam itu juga saya ngacir bikin pas foto.
Hari Jumat pagi
Saya ke bank untuk print rekening, lalu bersama-sama ke Kedutaan Turki di Kuningan. Karena buru-buru, lupa pula saya memakai baju yang rapih. Saya meneliti diri sendiri dari atas ke bawah: t-shirt, jeans, dan sendal jepit! Duh, bodohnya saya! Memasuki gerbang kedutaan, saya melihat persyaratan visa turis (yang rupanya baru diberlakukan sejak April 2007, padahal sebelumnya kita bisa bebas visa). Wah, ternyata harus ada tiket bolak-balik, surat keterangan kerja atau surat jaminan dari orang tua jika tidak bekerja, surat sponsor dari Turki, dan lain-lain. Saya langsung ‘jiper’ karena persyaratan saya tidak lengkap, apalagi Nina rupanya sudah dibikinkan surat keterangan dari kantor Jade. Saya berpikir, yah, kalau dapat sukur kalau tidak dapat ya udah. Kami pun mulai mengarang cerita, kalau ditanya tiket dan sponsor, bilang aja sekalian sama kantornya Jade – meskipun tidak ada bukti tertulis. Kalau ditanya alamat di Turki, tulis saja alamat hotelnya Jade. Dan berbagai karangan yang kami bertiga sengaja berlatih agar pesannya sama dan konsisten.
Setelah mengantri dua jam, sampailah kami di depan loket dan wawancara pun dimulai satu-persatu. Jade ditanya kerja di industri apa dan ngapain ke Turki, lalu diminta mengisi formulir lebih detil. Nina mengaku sekantor sama Jade. Begitu giliran saya, si petugas tanya, “Ini alamat pekerjaannya mana? Kok nggak diisi?”. Dasar saya orangnya nggak bisa bohong, dengan polos saya jawab, “Saya nggak kerja, Mbak.” Dengan nada menyindir dia berkata, “Kok enak banget ya nggak kerja?”. Saya jawab lagi dengan senyum memelas, “Saya baru lulus kuliah dan sedang cari kerjaan tapi belum dapat tuh, Mbak. Makanya mau jalan-jalan dulu ke Turki.” Akhirnya ketiga berkas dokumen pun masuk ke loket dan kami disuruh mengambilnya hari Rabu. Haduh, dapat nggak ya? Mengingat persyaratan saya yang tidak lengkap dan rekening bank saya yang berjumlah tidak banyak dan tidak ada pemasukan pula selama setahun.
Hari Rabu pagi
Saya berhasil mendapat visa Turki! Horeee! Saya pun blingsatan cari tiket. Duh, musim liburan pada saat musim panas begini pastilah penuh dan mahal. Saya mengontak seorang teman yang bekerja di travel agent, dia sangat bisa diandalkan setiap saya bepergian karena selalu hapal selera saya dengan kata kunci: “cariin yang termurah, berangkat tanggal segini, pulang tanggal segini, terserah naik pesawat apapun”. Sore harinya dia memberikan pilihan naik Turkish Airlines, Emirates atau Singapore Airlines. Ajaibnya, saya mendapat tiket termurah justru dari Singapore Airlines dengan rute Jakarta-Singapore-Istanbul-Singapore-Jakarta dengan harga lebih murah USD 300 dibanding penerbangan lainnya! Lumayan banget!
Thank God, tidak menyangka semuanya dimudahkan. Intinya, impulsif itu tidak apa-apa. Kalau ada waktu, dana, dan kesehatan, ya berangkat, karena kesempatan tidak datang dua kali.
Minta maaf kalau blog ini kosong beberapa lama.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment