Travel Karimunjawa

Sepenggal Kisah di Karimun Jawa



Mendapat kesempatan untuk mengunjungi tempat wisata terbaik di Indonesia tentu tidak akan saya lewatkan. Menghabiskan waktu untuk bercengkrama dengan alam Karimun Jawa sungguh sebuah momen terindah dalam hidup.

Travel Long Distances


Akhir pekan terakhir bulan September yang lalu, saya dan beberapa rekan sepakat untuk mengunjungi Karimun Jawa yang oleh beberapa orang disebut lokasi diving terbaik nomor dua setelah Raja Ampat, Papua. Berangkat tepat pukul 19.00 WIB dari terminal Rawamangun, Jakarta, kami tiba pukul 06.30 WIB keesokan harinya di pelabuhan Jepara, Jawa Tengah. Kapal Ferry KMP Muria telah menunggu untuk mengantarkan kami menuju Karimun Jawa.
6 jam saya habiskan dalam perjalanan menuju Karimun Jawa, memang waktu tempuh yang sangat lama. Di kapal banyak terdapat wisatawan asing yang juga ingin menikmati keindahan Karimun Jawa. Sekitar pukul 13.30 WIB kapal mulai bersandar di dermaga Karimun Jawa. Disana juga saya bertemu dengan rombongan dari Bandung yang berlayar menggunakan kapal cepat dari Semarang. Lantas saya dan rombongan menuju home stay yang telah dipesan sebelumnya.
Hari pertama di Karimun Jawa tidak banyak yang kami lakukan. Kami hanya berjalan-jalan menuju alun-alun untuk melihat aktifitas penduduk. Ketika sore menjelang, para pemuda melakukan olahraga sepakbola, sambil disaksikan oleh para wisatawan asing dari pinggir lapangan. Selepas itu kami menuju dermaga kecil untuk menyaksikan sunset. Di dermaga kecil, kami disambut oleh panorama kapal-kapal nelayan yang berbaris dengan background laut berwarna merah senja akibat pantulan cahaya mahatari yang terbenam. Sungguh sebuah panorama yang indah.
Hari kedua kami di Karimun Jawa kami habiskan dengan mengeksplore daratan Karimun Jawa. Dengan menggunakan mobil bak terbuka, kami menuju dusun kemujan. Disana kami mengunjungi hutan mangrove yang masih asri. Tidak banyak orang tahu bahwa Karimun Jawa memiliki hutan Mangrove, karena wisatawan yang berkunjung ke pulau ini lebih memilih berwisata bahari. Kawasan hutan mangrove ini sebenarnya berada di Pulau Kemujan, namun antara Pulau Karimun Jawa dengan Pulau Kemujan telah disatukan dengan pembangunan jembatan pada tahun 1970-an.
Dari

hutan Mangrove

, kami sempatkan diri mengunjungi perkampungan Bugis, yang masih berada di pulau Kemujan. Saya sempat berbicara banyak dengan guide yang mengantarkan kami. Pada awalnya Karimun Jawa hanyalah sebuah pulau tidak berpenghuni, hingga akhirnya orang-orang dari penjuru Indonesia datang untuk bercocok tanam disini. Orang-orang itu mayoritas berasal dari Makasar dan Jawa. Hingga saat ini perkampungan Bugis di Pulau Kemujan tetap menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa sehari-hari mereka, lengkap dengan rumah panggungnya sebagai rumah adat mereka.
Dari sana saya dan rombongan menuju ke pantai Batu Putih. Akses sedikit susah ketika menuju pantai ini, karena memang pantai ini belum diekploitasi dan masih dimiliki oleh perorangan. Namun siapapun takkan ada yang bisa menyangkal keindahan pantai ini. Pasir putih dengan air laut yang tenang membuat siapa saja tidak tahan untuk tidak menceburkan diri. Sebagian waktu hari itu kami habiskan dipantai itu. Sekitar pukul 15.00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Tanjung Gelam. Pantai ini pun tak kalah indahnya. Air laut yang jernih membuat karang-karang tempat para ikan di pinggir pantai bisa terlihat dengan jelas.
Saya lebih memilih untuk bersantai di warung milik penduduk sembari menunggu sunset. Sang mentari pun akhirnya perlahan turun, sinarnya membiaskan air laut menjadi warna merah jingga dengan pancarannya yang tercemin di air laut. Sungguh mempesona.
Paradise on Earth
Pada hari ketiga, tibalah saatnya kami untuk berwisata bahari. Hari masih pagi, namun rombongan kami telah berada di dermaga kecil. Sebuah kapal nelayan lengkap dengan peralatan snorkeling dan guidenya telah siap mengantarkan kami menikmati keindahan Karimun Jawa. Tujuan pertama saya dan rombongan adalah Pulau Menjangan Kecil. Disekitar pulau ini terdapat banyak terumbu karang yang menjadi tempat tinggal para ikan-ikan.
Tanpa perlu bersandar di pulau, saya sudah terlebih dahulu menceburkan diri ke air laut yang sangat jernih, bahkan dari atas permukaan laut pun ikan-ikan dan terumbu karang terlihat sangat jelas. 2 jam lamanya kami snorkeling dan diving di sekitar pulau Menjangan Kecil. Dari sana guide membawa kami ke pulau Cemara Besar. Siapapun yang pernah mengunjungi pulau Cemara Besar akan setuju jika mengatakan pulau itu adalah perwujudan surga di bumi. Tidak ada terumbu karang disana, namun panorama alamnya sangat indah. Air lautnya sangatlah jernih, bahkan seingat saya air di sebuah kolam berenang pun tidak ada yang bisa menandingi kejernihan air laut di pulau Cemara Besar.
Disana terdapat banyak gundukan pasir yang menyembul dari permukaan laut. Pasir-pasir ini kerap menjadi spot foto karena memang panoramanya yang indah. Dari pulau Cemara Besar, kami menyebrang ke pulau sebelahnya yang bernama pulau Cemara Kecil. Pulau itu pun tidak jauh berbeda dengan Cemara Besar, hanya saja luas pulau itu yang lebih kecil. Disana kami makan siang dan beristirahat karena memang tenaga yang sudah lumayan terkuras. Terlihat sepasangan wisatawan asing yang sengaja berjemur untuk menghitamkan kulit.
Sore menjelang kami sempatkan diri untuk kembali snorkeling, dan tujuan terakhir hari itu adalah penangkaran ikan hiu. Disini terdapat dua kolam yang terisi penuh oleh hiu berukuran hingga 1 setengah meter. Hiu-hiu ini terkenal jinak, namun untuk berada di satu kolam bersama puluhan hiu butuh keberanian tersendiri. Hanya beberapa orang saja yang berani untuk menceburkan diri. Selesai di penangkaran hiu, selesai pula seluruh kegiatan hari itu. Kami semua kembali ke home stay untuk bersiap-siap perjalanan pulang keesokkan harinya.
A Promise
Tiba saatnya kami harus meninggalkan

Karimun Jawa

. Hampir seluruh rombongan merasa berat hati untuk meninggalkan pulau nan indah ini. Kembali kami harus menumpang kapal Ferry KMP Muria yang memakan waktu 6 jam perjalanan. Jika dirasa ada yang kurang dalam perjalanan kali ini, hanyalah masalah transportasi yang hanya tersedia KMP Muria dari Jepara menuju Karimun Jawa dan sebalilknya. Berdasarkan cerita penduduk Karimun Jawa yang kami temui, saat libur lebaran yang lalu, banyak wisatawan yang harus gigit jari karena tertinggal kapal KMP Muria. Namun rencananya pada bulan oktober akan ada penambahan kapal cepat dari Jepara yang hanya menempuh jarak waktu 2 jam saja.
Siang hari kami telah tiba di Jepara, dan sore harinya bus membawa kami meninggalkan kota Jepara, namun tidak semerta-merta meninggalkan pengalaman dan kenangan yang telah terlanjur terpaut di Karimun Jawa. Janji telah terukir, suatu hari ini saya pasti kembali kesana. Pasti!
Pernah dimuat di majalah HangOut Jakarta dan Maxim

About karangan ku

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.