Setelah saya tinggal setahun di Filipina, saya lebih memperhatikan perangai dan budayanya yang tak kalah lucu dibanding pengamatan pertama saya 4 tahun yang lalu. Pertama, ternyata tidak semua orang Filipina ngomong 'p' dan 'f' ketuker-tuker, terutama orang yang well-educated dan tinggal di ibu kota. Buktinya teman sekolah saya ngomongnya bener semua tuh. Tapi sekalinya parah, ya parah banget. Masa restoran yang terletak di pusat bisnis Makati pada menunya tertulis ‘beep noodle’? Kalau saya traveling ke daerah sih teteup bikin ngakak meski saya tidak tertipu lagi. Saat membeli sesuatu, saya menjadi ‘maklum’ ketika mereka menyebut harga ‘porty’ atau ‘sebenty paib’. Yang bikin saya guling-guling ketawa adalah ketika nonton pemilihan Miss Philippines di TV. Salah seorang kandidat diwawancara dan itu cewek menjawab begini, “I’m so froud to be one of the tof paib” (maksudnya “I’m so proud to be one of the top five”). Huahaha! Tapi siapapun dia, teteup ‘v’ berubah jadi ‘b’. Saya aja jadi ketularan ngomong "thank you bery bery much"- pake ‘b’!
Semua orang bisa berbahasa Inggris karena sistem pendidikannya mengikuti sistem Amerika dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dari TK sampai Universitas. Meskipun demikian, sehari-hari mereka berbicara salah satu bahasa daerah (Tagalog, Cebuano, Visayan) sebagai bahasa gaul. Tak heran bahasa Inggris-nya medok, misalnya bilang “hand” dengan ’a’ yang diucapkan ‘aa’. Saya aja masih jengah kalau ada yang ngomong “Please fax me back” karena menyebut “fax”-nya dengan ‘a’ yang lebar, sampe terdengar seperti “f*ck”. Nah, saya juga baru tau kenapa mereka suka ngomong ketuker-tuker p,f,v,b karena dalam bahasa Tagalog tidak ada abjad ‘f’ dan ‘v’ (dan juga c, x, q, z), ada kemungkinan juga karena pengaruh orang Spanyol yang dulu menjajah mereka. Pantess! Bahasa Inggris mereka pun sepertinya adalah terjemahan dari Tagalog. Contohnya, mereka bilang ‘close’ dan ‘open’ untuk mematikan dan menyalakan lampu, dan bilang ‘for a while’ untuk menyuruh seseorang menunggu. Lucunya, masih ada orang yang bilang ‘kodakan’ untuk memotret dan ‘colgate’ untuk pasta gigi – karena di sana dua merk itu yang terkenal dan sudah menjadi top of mind.
Orang Pilipin doyan banget makan, pantas saja negara itu urutan kedua di Asia yang penduduknya tergendut. Inilah tipikal joke orang sana, "I'm on a seafood diet.” Apaan tuh? Jawabnya,"When I see food, I eat it!". Gimana ngga, urutan makannya: breakfast, snack, lunch, merienda, dinner, bed time snack - mereka menyebutnya sebagai ‘6 meals a day ritual’. Setiap restoran berlomba-lomba menyediakan menu andalan yang bukan hanya makanan utama, contohnya menu merienda alias makanan ringan sore, seperti mie goreng, lumpia goreng, dan roti manis – lah, ‘berat’ juga kan! Mereka pun makan nasinya lebih parah daripada kita. Kalau makan ngga ketemu nasi, sistem di tubuh mereka tidak berfungsi. Menu sarapan aja ya nasi semua: nasi pake kornet, nasi pake sosis, nasi pake ikan asin – plus telor ceplok dengan kuning telor yang masih 'blenyek'. Yang parah, makan steak juga pake nasi. Jadi kalau di restoran, meskipun restoran kelas atas, pilihan side dish-nya adalah french fries atau nasi! Soal selera rasa, mereka doyan manis. Sambal botol tidak default yang ditaro di meja restoran, tapi banana sauce (saos pisang yang sama-sama berwarna merah tapi lebih manis daripada saos tomat) yang ditaro di makanan apapun. Hanya di Filipin lah jaringan restoran lokal Jollibee yang bisa mengalahkan McDonald’s karena... rasa burger dan spaghetti-nya manis! O ya, bila selesai makan dan minta bon kepada pelayan, biasanya bahasa kode kita dari jarak jauh adalah seperti menulis pake bolpen di udara. Sedangkan kode mereka adalah membentuk kotak di udara dengan menggunakan kedua jari telunjuk.
Soal perangai, yang sama banget dengan orang kita adalah berkomentar soal fisik bila sudah lama tidak ketemu dengan seseorang, contohnya: “Oh you are thinner now” atau “Oh you look fat now”. Sama seperti kita yang sering berkomentar, “Kok kurusan sekarang?” atau “Gendut banget lo sekarang!”. Penting ga sih? Mereka juga orang yang santai kayak kita dan doyan jam karet. Kalau ada acara, mesti ditulis sejam sebelumnya. Yang sama lagi adalah mereka doyan banget ke mall. Meski Filipina termasuk salah satu negara dengan indeks human development terendah, tapi 4 dari 10 mall terbesar di dunia ada di Filipina lho! Yang paling lucu adalah cara mereka menunjuk sesuatu. Bukannya pake jari telunjuk, tapi memonyongkan bibir mengikuti arah benda yang ditunjuk! Suatu hari di dalam kelas, seorang teman cowok orang Pilipin yang ganteng itu diam-diam memberi kode dengan memandang saya lama sambil memonyongkan bibirnya ke depan dan ke kanan berkali-kali. Wah, kok ‘kasar’ banget caranya? Muka saya pun memerah. Saya pikir ngajak ciuman... nggak taunya ngajak cabut ke luar kelas dan pintunya berada di kanan kami! Hehe!
Filipinos don’t smell like human! Mereka tidak berbau manusia melainkan... bau parfum! Maklumlah karena mereka sangat mementingkan kebersihan dan bau badan, sehingga doyan mandi berkali-kali dan pake parfum seember. Karena orang Filipin tidak mau diasosiasikan dengan bau, mereka bahkan menyebut toilet dengan ‘Comfort Room’ atau disingkat ‘CR’ – maksudnya tempat untuk membuat orang nyaman, tidak mau disebut sebagai tempat buang air kecil maupun besar yang ‘mengeluarkan’ bau. Jadi kalau di sana mau cari toilet umum, carilah signage yang bertuliskan ‘CR’. Tapi jangan kaget saat jam makan siang, CR pasti penuh orang sikat gigi! Ritual sikat gigi sehabis makan siang adalah salah satu aktifitas yang dilakukan mereka akibat parno dengan bau. Sampe saya risih kalo mau cuci tangan di CR karena ‘berebutan’ wastafel dengan orang yang berkumur-kumur dan asik hoek-hoek meludah.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment