Baru-baru ini World Health Organization (WHO) mengumumkan penelitian tentang ‘negara tergendut di dunia’ – bukan gendut karena kekayaan negaranya tapi persentasi gendut warga negaranya. WHO mengklasifikasikan kegendutan berdasarkan Body Mass Index (BMI) warga setiap negara di atas usia 15 tahun. Perhitungan BMI adalah berat badan dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Bila hasilnya lebih atau sama dengan 25 maka digolongkan overweight, kalau hasilnya 30 digolongkan obesitas. Dari hasil penelitian itu membenarkan observasi saya dan terhadap orang-orang di negara-negara yang saya kunjungi.
Apakah bayangan Anda tentang negara tergendut di dunia? Negara di Afrika? Amerika? Salah. Ternyata urutan 1 sampai 7 negara tergendut adalah negara-negara di Kepulauan Pasifik, yaitu secara berurutan Nauru, Micronesia, Cook Islands, Niue, Tonga, Samoa, lalu Palau. Meskipun saya tidak pernah ke enam negara pertama, tapi saya pernah ke Palau. Saya pernah posting bagaimana keadaan orang-orang Palau - ya, mereka semua segede kulkas 3 pintu, rasanya yang tidak gendut hanyalah balita. Mungkin karena gaya hidup mereka yang santai - mereka tidak pernah bekerja berat karena mereka sudah kaya, modalnya punya properti tapi dioperasikan oleh para pendatang, sisanya leyeh-leyeh dan tinggal malak duit sebulan sekali. Soal seberapa besar porsi makanan mereka saya tidak tahu karena saya selalu makan di warung Filipina, yang jelas supermarketnya dipenuhi dengan processed food.
Amerika Serikat ternyata berada di urutan ke-9 dengan 74,1 % penduduknya tergolong gendut. Namun dengan jumlah penduduknya yang sekitar 300 juta maka persentasi tersebut langsung tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan 94,5% orang gendut di negara Nauru yang jumlah penduduknya hanya 1 per 20.000 jumlah penduduk Amerika. Apa yang kita lihat di media massa mengenai Amerika dan Hollywood-nya, memang sangat menipu. Terus terang awalnya bayangan saya terhadap orang Amerika juga begitu dan tersadar setelah saya benar-benar berada di sana. Saya yang termasuk gaban di Indonesia, kalau di Amerika ukuran baju saya M. Teman-teman Indonesia di sana yang berukuran standar cewek Indonesia harus bersusah payah mencari ukuran XS bahkan harus ke toko pakaian anak-anak agar mendapatkan ukuran yang sesuai. Belum lagi kalau bicara porsi makanan di restoran Amerika, waduh, nyerah! Steak-nya berukuran segede sendal, gelas minumannya segede termos, ukuran pop corn yang dijual di bioskop saja segede ember!
Semua mengakui bahwa orang Perancis, terutama wanitanya, itu langsing-langsing - bahkan banyak buku yang mengetengahkan tema ‘French Women Don’t Get Fat’. Setelah saya ke sana, memang benar kata orang, jarang saya lihat orang gendut. Hasil penelitian WHO juga membuktikan bahwa negara Perancis menempati urutan ke-128 yang merupakan negara Eropa dengan persentasi gemuk tersedikit dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Soal porsi sih memang makanan Perancis kecil-kecil, atau mereka kebanyakan makan siput? Hehe!
Saya sempat berpikir orang-orang berkulit hitam (asumsi saya berasal dari Afrika) itu gendut-gendut. Saya sih belum pernah ke Afrika, tapi saya heran entah mengapa saya mempunyai daya tarik sendiri bagi lelaki berkulit hitam. Waktu saya di Amerika, Eropa maupun Indonesia, saya selalu dikejar-kejar oleh lelaki berkulit hitam - dari situ saya berpikir mereka menyenangi wanita yang voluptuos (diperhalus dari kata ‘gendut’) karena di negara asalnya wanitanya seperti itu. Dugaan saya salah, negara-negara Afrika justru menempati urutan terakhir. Mungkin karena mereka kurus jadi menyenangi orang gendut, saya tidak tahu.
Lucunya, dalam daftar urutan 50 besar negara tergendut, ada 1 negara Asia yang masuk yaitu Brunei Darussalam dengan 59,8 % penduduknya gendut dan berada di urutan ke-44. Tuh kan, pantas saja kalau saya ke Mall atau Department Store ukuran bajunya gede-gede semua, mana motifnya dekoratif ala ibu-ibu banget lagi. Negara Asia lain yang gendut berada jauh di bawahnya, yang terdekat adalah Republik Timor-Leste di urutan ke-122 dan Korea di urutan ke-124. Meskipun Timor baru merdeka, tapi sejak masih masuk Indonesia pun saya perhatikan orang-orangnya memang besar-besar. Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata persentasi kegendutan orang Indonesia adalah 16,1 % dari jumlah penduduknya dan menempati urutan ke 175 dari 194 negara di dunia. Lucunya, urutan di bawahnya adalah negara-negara semacam Somalia, Uganda, Kenya, Rwanda, Zambia, Ethiopia – negara-negara yang sering kita lihat di berita dengan orang-orang yang kurus kering akibat kekurangan makanan. Negara Asia di bawah Indonesia adalah Kamboja, Sri Lanka dan Vietnam, tapi menurut saya sih ini karena faktor genetiknya aja yang membuat mereka tidak bisa gendut *sirik*. Singapura yang saya pikir orang-orangnya kurus bak pramugari Singapore Airlines dengan ukuran pinggang yang hanya 2 jengkal saya ternyata urutannya masih di atas Indonesia, mereka berada di urutan 162 dengan 22,9 % penduduknya gendut, disusul dengan Jepang dengan 22,6 % di urutan 163.
Intinya secara keseluruhan, setelah 7 negara kepulauan itu, selanjutnya ditempati oleh negara-negara Amerika Latin, Arab, Pasifik, Eropa, Afrika baru Asia. Menurut WHO, semakin banyak orang gendut di dunia terjadi karena orang makin sering makan junk food, kurang berolah raga, dan stres. Negara yang berpenduduk sedikit dan tidak mempunyai sumber alam menyebabkan mereka bergantung pada sumber makanan industrial yaitu makanan yang telah diproses. Bagi negara berkembang, penyebab kegendutan terjadi karena banyak orang makan makanan yang mengandung kalori tinggi tapi tidak bergizi, juga pekerjaan yang semakin lama semakin kurang mengandalkan tenaga. Total orang gendut di dunia saat ini mencapai 1,6 triliun dan akan bertambah 40% dalam 10 tahun ke depan.
Selamat datang di Dunia (dengan orang-orang yang) Bulat Bundar! Hidup orang gendut!
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment